DesaTlogoguwo memiliki kontur perbukitan, terletak pada sisi barat perbukitan menoreh banyak di jumpai berkarakteristik tebing bebatuan kapur.Banyak bisa kita lihat tebing yang ada mempunyai potensi panorama wisata alam yang cukup menarik
Wisata alam Goa ANJANI merupakan objek wisata yang tersembunyi di Dusun Somoroto,Tlogoguwo Kaligesing. Nama obyek wisata yang satu ini memang belum banyak didengar
wisatawan …
GOA ANJANI sendiri merupakan goa yang menjadi sumber mata air pada waktu itu untuk mengaliri salah satu dusun yang berada di atas bukit menggunakan pompa yang di bangun pada tahun 1987 oleh ABRI Masuk Desa ( AMD) manunggal ke-13,namun sayang pada saat ini sudah tidak dapat beroperasi lagi.
Goa anjani sendiri memiliki lorong Horisontal sepanjang -+ 1000 meter, diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk menyusuri keindahan stalagtit dan stalagmit yang masih sangat utuh, Karena stalaktit dan stalakmit yang indah dahulu di buat bermain musik, di tabuh dan mengeluarkan suara yang indah. Namun tudak di sadari karena pukulan benda itu justru mengakibatkan barang cantik ini pecah.
.
Bahkan pengelolaan nya hingga sekarang belum mendapatkan perhatian yang serius dari pihak Dinas Pariwisata setempat menjadikan obyek wisata alam pada ketinggian 600 Dpl ini tidak banyak di ketahui wisatawan, sebagian hanya dari Pecinta Alam yang melakukan Caving berikut ke Goa Goa lainnya semisal GOA SIKANTONG ,GOA SEPLAWAN dll Yang berada tidak Jauh dari Lokasi GOA ANJANI tsb .
Goa Seplawan
Pemandangan di luar goa
Inilah salah satu wisata yang berada di daerah Purworejo. Goa Seplawan ini terletak di desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing purworejo. Sekitar 30 menit dari kota Purworejo yang ditempuh dengan jalananan yang berliku-liku. Goa Seplawan ini berada di kaki pegunungan sehingga udara di sini terasa sejuk.
Jika anda sudah masuk ke Goa seplawan anda akan menikmati pemandangan luar biasa untuk masuk ke dalam goa seplawan. Dengan jalur anak tangga anda seolah-olah masuk ke dalam perut bumi. Goa Seplawan ini panjangnya sekitar 700 meter ke dalam namun jalannya tidak tembus sehingga ketika sudah sampai ujung kita harus kembali ke jalan tadi. Namun untuk masuk ke dalam goa butuh perjuangan yang panjang. Kondisi dalam goa yang masih ada air tanah yang mengalir serta jalan sempit yang tertutup dengan stalagtit goa menjadikan petualangan seru. Jika anda masuk ke goa ini sebaiknya membawa sandal yang tidak membuat licin karena medannya disini terasa licin. Namun petualangan itu terbayar dengan pemandangan di dalam goa yang begitu indah.
Goa Seplawan itu merupakan peninggalan sejarah peradaban masa lalu terbukti dengan ditemukannya sebuah arca emas 22 karat setinggi 9 cm dengan berat 2,5 kg. pada 15 Agustus 1979 di salah satu sudut goa. Arca Kencana itu berupa patung sepasang pria dan wanita yang sedang bergandengan tangan. Para ahli arkeolog meyakini bahwa patung itu adalah Dewa Siwa dan Dewi Parwati, Arca itu merupakan peninggalan pada zaman Hindu Siwa. Kini arca tersebut disimpan di Museum Nasional dan sebagai gantinya Pemerintah membangun replika arca didepan mulut goa, replika itu ukurannya lebih besar dari yang sebenarnya .
Ada sebagian ahli sejarah juga menyatakan bahwa di sekitar Goa Seplawan pada jaman dahulu pernah di tinggali oleh Ratu atau Raja, hal tersebut diperkuat dengan ditemukan Lingga Yoni yang melambangkan Kesuburan dan Kemakmuran .Selain memiliki keistimewaan sebagai situs pra sejarah, Pesona Alam disekitar Goa Seplawan memang menghampar indah dan menyejukan, ada juga keistimewaan lainnya yaitu keindahan goa Seplawan itu sendiri. Goa itu memiliki ornamen-ornamen yang sangat indah dan mengagumkan seperti adanya stalaktit dan stalakmit dengan ukuran beraneka ragam. Ornamen lainnya pun tak kalah menariknya seperti Flow stone, helektit, soda straw, gowerdam dan lain-lain.
Pemandangan dinding dalam goa
Lokasi obyek wisata Goa Seplawan sangat mudah di capai karena akses jalan untuk kendaraan roda empat bisa mencapai lokasi dengan mudah dan sudah dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasana seperti tempat parkir kendaran, kamar mandi/WC, Mushola kecil yang sederhana, Gashebo, Gardu Pandang, Aula untuk Pementasan / Pertemuan dan juga ada taman-taman bunga yang indah.
Lokasi Goa seplawan juga sangat memungkinkan untuk pelatihan Pecinta Alam dibuktikan dengan seringnya pelatihan dari beberapa Pecinta alam yang berasal dari berbagai daerah. Pesona Alam di sekitar Goa Seplawan juga memiliki camping ground atau lokasi berkemah yang cukup luas serta memungkinkan untuk berwisata berkemah. Pemandangan di sekitar goa seplawan sangat indah selain itu udaranya juga sejuk karena kawasan ini berada di ketinggian sekitar 700 mdpl.
Gardu pandang di lokasi wisata Goa Seplawan
Jika berkenan datang ikuti route ini :
Dari Purworejo – ke arah Kec Kaligesing melalui Cangkrep – Brenggong – Plipir – Kaliharjo- Kaligono – Donorejo atau menggunakan Primkopol jalur 44 dari terminal Pasar Baledono PurworejoDari Jogja / Magelang / Godean / Wates : bisa melalui Kenteng Nanggulan arah Jonggrangan jatimulyo – Tlogoguwo – Donorejo.

Cerita Rakyat Kisah di Goa Kiskenda
1. Mahesa Sura Menculik Dewi Tara
Dikisahkan dalam cerita rakyat Yogyakarta bahwa dulu pernah hidup dua siluman bernama Mahesa Sura dan Lembu Sura. Keduanya berilmu tinggi. Suatu malam, Mahesa Sura bermimpi bersanding dengan Dewi Tara, putri Bathara Indra yang tinggal di Kahyangan. Mimpi itu membuat Mahesa Sura ingin menjadikan Dewi Tara sebagai istri. Maka, dia mengutus Lembu Sura untuk memintakan Dewi Tara untuknya. Mendengar keinginan Kakaknya itu, Lembu Sura terkejut. Dia tidak menyangka keinginan Kakaknya itu.
“Apakah keinginan Kanda tidak berlebihan? Kita ini hanyalah siluman. Mana cocok dengan seorang dewi kahyangan?” tanya Lembu Sura, memastikan.
“Walau kita berasal dari golongan siluman dan mereka berasal dari golongan dewa, aku rasa kekuatanku sebanding dengan kekuatan mereka. Bahkan, bisa dikatakan lebih tinggi,” jawab Mahesa Sura dengan jumawa.
“Lalu, bagaimana jika mereka menolak lamaran Kanda?” Lembu Sura bertanya kembali.
“Akan kuhancurkan kahyangan!”
Mendengar tekad Kakaknya, Lembu Sura segera berangkat ke Kahyangan. Di negeri para dewata itu, kedatangan Lembu Sura memunculkan sikap curiga masyarakat Kahyangan. Namun, sebagai utusan, Lembu Sura tidak boleh disentuh barang secuil pun. Lembu Sura menyampaikan maksud kedatangannya.
“Tidak bisa, Mahesa Sura dengan Dewi Tara tidaklah sebanding! Katakan pada Kakakmu, kami menolak lamarannya!” tukas Bathara Indra.
Lembu Sura menemui Mahesa Sura dengan tangan hampa. Dia menceritakan apa yang terjadi saat dia meminta Dewi Tara untuk dipinang Kakaknya secara mendetail. Murka-lah Mahesa Sura mendengar penjelasan Lembu Sura.
“Kurang ajar para dewata itu! Akan kuhancurkan Kahyangan seperti janjiku dulu! Jika tidak bisa diminta baik-baik, maka akan kuambil dengan jalan apapun!” pekik Mahesa Sura. “Apa kamu ada pada barisanku, Lembu Sura?!”
Sang adik mengangguk, tanda dia berada di barisan Mahesa Sura.
Berangkatlah kedua kakak beradik itu ke Kahyangan. Dalam waktu singkat, Mahesa Sura dan Lembu Sura berhasil mengosak-asik Kahyangan. Banyak di antara masyarakat Kahyangan terluka akibat ulah kedua siluman itu. Dewi Tara pun berhasil berada di tangan Mahesa Sura. Gadis paling cantik di Kahyangan itu dibawa ke Goa Kiskenda, tempat bersemayam mereka berdua.
***
Bathara Guru dan Bathara Dewa kemudian merunding mengenai masalah ini. Kedua dewata itu memikirkan bagaimana cara untuk merebut Dewi Tara kembali. Satu kesempatan yang dimiliki adalah dengan memakai Aji Pancasoka. Hanya senjata pamungkas itu yang sanggup mencabut nyawa Mahesa Sura. Permasalahannya, Aji Pancasoka cuma bisa digunakan manusia berhati mulia, berbudi luhur, dan mampu mengalahkan nafsu angkara.
“Siapakah orang yang tepat?” begitulah Bathara Guru berpikir.
“Apakah Subali tepat?” Ide itu terlontar begitu saja dari Bathara Dewa.
“Subali?” tanya Bathara Guru sambil mengelus jenggotnya. Subali, putra Resi Gotama, memang mempunyai karakter yang tepat untuk menggunakan Aji Pancasoka. Kedua dewata itu sepakat bahwa Subali adalah orang yang tepat. Dipanggillah Subali menghadap mereka berdua.
***
Subali menghadap Bathara Dewa dan Bathara Guru di tempatnya. Dia duduk bersimpuh di harapan kedua dewata itu.
“Ngger Subali, tahukah apa yang membuatmu dipanggil menghadap ke sini?” tanya Bathara Dewa.
“Mohon maaf, hamba tidak mengetahui tujuan pemanggilan hamba ke sini,” sahut Subali.
Bathara Dewa menjelaskan panjang lebar mengenai masalah yang tengah terjadi. “Kamu kan tahu, belum lama ini Kahyangan di-osak-asik dan Dewi Tara diculik oleh dua siluman, Mahesa Sura dan Lembu Sura. Walaupun, kedua makhluk itu berasal dari golongan siluman, namun kesaktian mereka setingkat dewa. Mereka hanya bisa dikalahkan dengan Aji Pancasoka. Permasalahannya, Aji Pancasoka hanya bisa digunakan orang yang memiliki hati yang bersih, berbudi luhur, dan mampu mengalahkan nafsu angkara. Karakter yang diinginkan Aji Pancasoka ada pada dirimu, Ngger. Nah, maukah kamu menolong kami dan menyelamatkan Dewi Tara?”
“Apabila hamba memang dirasa sanggup, hamba bersedia melakukannya,” timpal Subali.
Bathara Guru segera mentransfer ilmu Aji Pancasoka kepada Subali. Sesudah itu, Subali mengajak adiknya, Sugriwa, untuk membantunya. Berdasarkan cerita rakyat Indonesia yang disampaikan secara turun-temurun, turunlah kedua pendekar itu menuju persemayaman Mahesa Sura dan Lembu Sura.
Subali meminta Sugriwa untuk melepaskan Dewi Tara, dan kalau sudah menyelamatkannya Sugriwa harus membawanya ke pintu Goa Kiskenda menunggu dirinya. Sementara dia sendiri akan membunuh Mahesa Sura dan saudaranya. Subali mengatakan jika darah yang keluar adalah merah, maka yang kalah adalah Mahesa Sura. Jika darah yang keluar adalah putih, maka yang kalah adalah dirinya. Dan kalau hal itu terjadi, Sugriwa diperintahkan untuk menutup pintu goa dengan batu yang besar.
Dengan gagah berani, Subali masuk ke Goa Kiskenda. Di dalamnya, Subali bertemu Mahesa Sura dan Lembu Sura yang petantang-petenteng menjaga Dewi Tara.
“Hei, Subali, lepaskan Dewi Tara! Jika tidak, jangan salahkan aku berbuat kekerasan padamu!”
“Langkahi dulu mayatku!” sahut Mahesa Sura.
“Baiklah, jika itu maumu!”
Berkelahilah mereka dengan jurus-jurus tingkat tinggi. Di sela-sela itu, Sugriwa menyusup dan menyelamatkan Dewi Tara, kemudian mereka menunggu di luar. Mereka menunggu darah yang keluar berwarna apa.
Di dalam, Subali berpikir cara untuk membunuh kedua siluman itu. Walaupun sudah dihajar hingga tubuh mereka hancur, mereka dapat hidup kembali. Ini merupakan kehebatan ilmu yang dimiliki kedua siluman itu. Akhirnya, Subali mempunyai ide untuk menghancurkan kepala keduanya dengan cara membenturkannya. Darah yang keluar pun berwarna merah dan putih, yang mengalir keluar. Di luar, Sugriwa menduga Kakaknya telah meninggal langsung menutup pintu goa dengan batu besar, sesuai petunjuk yang diberikan Kakaknya.
Selesai membunuh Mahesa Sura dan Lembu Sura, Subali terkejut melihat pintu goa sudah ditutup. Dia murka ternyata Sugriwa mengkhianatinya. Dengan kesaktian yang dimiliki, batu penutup pintu goa itu dihancurkan Subali. Terbanglah dia menyusul Sugriwa.
2. Kutukan Resi Gotama
Cerita rakyat Nusantara ini tidak berhenti sampai di sini. Sugriwa yang sampai ke Kahyangan langsung diberi ucapan selamat oleh masyarakat Kahyangan. Setelah melaporkan semua kejadian kepada Bathara Guru dan Bathara Dewa, Sugriwa diminta Bathara Indra, ayah dari Dewi Tara. Sugriwa sebenarnya hendak menolak hal ini, karena yang lebih berhak adalah Subali, Kakaknya. Namun, Subali telah meninggal. Akhirnya, dia setuju menikahi Dewi Tara.
Tepat ketika pesta pernikahan digelar, Subali datang dan menantang duel Sugriwa. Perkelahian keduanya tidak terelakkan lagi. Tidak ada yang bisa memisahkan hingga datang Resi Gotama, ayah keduanya. Resi Gotama mengatakan bahwa Subali telah melampaui batas.
Tidak ada di dunia ini manusia berdarah putih. Dan karena kesombongannya itu, Subali dikutuk ayahnya sendiri akan mati di tangan ksatria titisan Bathara Wisnu bernama Prabu Rama Wijaya (kisah mengenai Prabu Rama Wijaya bisa dibaca di dalam cerita Ramayana). Kutukan itu kelak terbukti dengan matinya Subali terkena panah sakti Prabu Rama Wijaya. Menurut cerita, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Subali sempat mengucapkan terima kasih kepada Rama karena telah membebaskan nafsu amarah yang melekat pada dirinya.
Sementara itu, Sugriwa mendapat restu dari Resi Gotama untuk tetap menikah dengan Dewi Tara. Setelah menikah, Sugriwa membangun kerajaan yang diberi nama Pancawati di Gua Kiskenda.
*) Di dalam goa Kiskendo terdapat lubang ke atas tempat keluarnya Subali. Goa Kiskendo pintu masuk DIY sedangkan perut goa masuk wilayah Purworejo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar